Janganlah menyerah, gara-gara ANDA memiliki banyak KETERBATASAN.
Slogan inilah yang kini senantiasa menyemangati hari -hari ku. Menjaga ‘nyala api’ semangatku, yang kadang
turun, hingga berharap tak pernah pudar. Membangun kembali ‘puzzle’ mimpi ku
yang terserak. Bukan karena aku tak lagi menginginkannya, tetapi karena aku
merasa banyak memiliki KETERBATASAN!
Keterbatasan fisik, keterbatasan dana, keterbatasan Ilmu,
bahkan yang sangat besar pengaruhnya ketika aku merasa miliki keterbatasan
WAKTU.
Sedang, KESUKSESAN sama sekali tidak ada hubungannya dengan
gelar akademis, garis keturunan, kesempurnaan phisik, bahkan umur
sekalipun. *dikutip dari buku “Nyalakan
Nyali.”
Dan, KERUGIAN terbesar dalam HIDUP, ketika kita tak mampu
memberikan apa-apa untuk KEHIDUPAN kita, tak memberi MANFAAT bagi lingkungan di sekitar kita, tidak
‘melahirkan’ generasi yang akan menjadi tonggak berdirinya sebuah PERADABAN !
“Yang tragis adalah orang yang seumur hidupnya tidak pernah mengerahkan
seluruh kemampuan maksimalnya!” -Arnold
Bennet-
Meskipun, miliki banyak keterbatasan, finally aku berusaha untuk merubah cara pandang, hingga semakin
besar semangat juangku dalam hidup.
Keterbatasan Fisik, yang senantiasa anemia dalam empat kali kehamilan,
nyaris tak tertolong pasca persalinan putera pertama. Senantiasa merasa lemah
dan cepat letih. Sedang –idealisnya- kami yang tak miliki khodimat, ingin
selalu miliki rumah dalam keadaan bersih dan rapih. Akupun berjuang. Mengkonsumsi segala makanan yang menguatkan kumpulan
sel-sel darah merah ku. Mensuplai beragam suplemen yang menyiapkan tubuhku tuk ‘melawan’
segala kelemahan.
Keterbatasan Ilmu,
yang membuatku –pernah- merasa tidak pantas untuk menjadi seorang GURU.
Menginginkan untuk terus mengembangkan diri, mengupgradekan masa depan ku. Aku pun berjuang. Mengoptimalkan kemampuan belajar, rajin
bersilaturahmi dengan kawan-kwan yang jenjang pendidikannya lebih tinggi serta
miliki banyak ILMUmelalui pengalaman hidupnya
juga pekerjaannya.
Keterbatasan Dana, yang membuatku pernah merasa susah
hati, melihat kawan-kawan yang bisa bersedekah dengan semangat dan ikhlasnya,
keterbatasan yang membuat hatiku meringis ingin sekali membaca buku yang membuatku
‘tergila-gila’ tuk membacanya, meneguk ilmunya. Sekali lagi, Aku pun berjuang. Mencoba untuk
terus berkawan dengan banyak orang-orang yang sholeh dan sukses, dengan langkah
silaturahim aku awali usaha entrepreneur
tanpa modal, dan kini aku mulai menikmati kemanisan dari kerikil-kerikil tajam
yang pernah kutempuh sejak tahun 2004.
Dan, Keterbatasan
Waktu. Waktu yang sama dengan semua
orang; 24 jam dalam sehari.
Waktu yang kadang membuatku harus berkejaran dengan semua
rutinitas –itu itu saja- seperti tak pernah usai?
Waktu yang membuatku ‘menjerit’
karena terasa begitu singkatnya, sedang pekerjaanku masih banyak lagi …!
Waktu yang membuat
nafas ku tersenggal, kaki terasa berat, kepala keleyengan, punggung
pegal-pegal, karena berlarian ‘mengejar’nya. Mencoba sempurnakan beragam amanah
dengan rutinitasnya.
Berusaha menjalani hidup yang terbaik menjadi hamba Allah
yang berinsan kamil, pun sebagai
isteri, sebagai ibu dari keempat anak lelaki, sebagai seorang pengajar (juga
pendidik) di tanah rantau, sebagai entrepreneur –sukses-- muslimah dan spiritual writer . Dan, kedua amanah terakhir yang ku sebutkan adalah MIMPI –
MIMPI yang masih terus kuperjuangkan.
Karena, MIMPI akan membuat kita senantiasa bergairah untuk
terus bergerak.
MIMPI akan menjadi energi yang berkelimpahan tanpa batas!
MIMPI akan menjadikan kita tahan banting , siap hadapi
karang terjal sekalipun.
MIMPI yang membuat kita hidup dan terus bersemangat untuk
mengajar kesuksesan demi kesuksesan.
Teruslah berMIMPI, bergerak dan senantiasa melangitkan mimpi kita dalam
doa. (Dee’81)
...Fa inna ma’al ‘usri yusroo…
“Get Up, Stand Up!”
“Don’t Give Up the Fighhtttt!!”
“Allahu Akbar!”
terus membersamai sisa waktu-ku penuh perjuangan.....
*Dini Rahmajanti
(Dee). Awal Muharram 1434 Hijriah.
Semenanjung Malaysia.
No comments:
Post a Comment