"Cikgu, kenapalah tak datang kedai sayee...??!"
Sharifah berseru di balik telephon.
Aku & Sharifah. Persahabatan dua insan dari latar belakang yang berbeda. Aku yang asli WNI dan keturunan sunda plus sedikit berdarah Jawa. Sharifah warga asli Malaysia keturunan Pakistan-India juga sedikit berdarah Jawa ! :D
Meski demikian, aku & sharifah tidak bisa berbahasa Jawa. :)
Aku bahkan mencoba untuk belajar bahasa Tamil dan Pakistan sedikit demi sedikit dengannya, dan kuakui bahasa tersebut sangat susyyyah, dengan intonasinya pula yang agak 'menari-nari' ,heehe...
Jika kalian menemukan tulisan ku yang lain mengenainya, pasti akan merasakan empati yang sama kepadanya. Kini, kisah baru diantara kami adalah....Kerana Sharifah, Aku semakin Cinta dengan TOSEI! ^_^
Jika selama ini yang sering kami makan adalah Canai. Ada jenis makanan khas India yang terbuat dari tepung beras bernama TOSEI! sedangkan CAPATI berasal dari tepung acar,(hiihi..ini kalo gak salah denger dari penjelasan muridku Khan.)
Karena, ingin menikmati petang dengan suasana yang berbeda, ku pun memesan TOSEI sekaligus empat keping, dilengkapi dengan kuah kari dan bumbu dalnya yang dibubuhi terung. Waahhh benar-benar menyelerakan! Dalam waktu sekejap TOSEI pun lenyap dari pinggan, heehee...
Bersyukur, kedai mereka sangat dekat, letaknya dibelakang rumah kami. Dan kedekatanku dengan Sharifah & Khan makin memudahkan suasana petang tadi, kebetulan kondisi tubuh sedang tidak bersahabat, sehingga Khan pun bersedia menghantarkan pesanan kami secara delivery! Alhamdulillah....
Yuuk, siapa yang ingin mencicipi TOSEI dan aneka makanan khas India lainnya, jom singgah ke rumah ku, kan kuperkenalkan dengan sahabat baikku Sharifah! ^_^
D.Rahmajanti'81
Semenanjung Malaysia.

Showing posts with label Ukhuwah Fillah. Show all posts
Showing posts with label Ukhuwah Fillah. Show all posts
Wednesday, 19 September 2012
Thursday, 26 July 2012
Kematian kembali menyapa....
Bismillah,
Kamis pagi 'mendung' menggelayuti tempat tinggal kami. Aku dalam kondisi kurang sehat. Dibalik kesibukan pagi menjemur pakaian, menyelinap dibalik tirai. Aku memperhatikan. Suasana di surau (depan rumah kami) yang begitu ramai. Satu persatu langkah manusia mendatangi disebrang rumah kami. Aku terkejut, dan teringat akan seorang warga emas (lanjut usia) yang sedang menderita buah pinggang beberapa bulan terakhir ini.
Tiba-tiba wajahku mendadak semakin sayu, airmata tertahan, perasaan bermacam-macam. Sedih yang utama. Jantungku berdegup cukup kuat. Ya Allah...jiran kami telah Engkau panggil. Kematian serasa begitu dekat, dekat sekali......
Teringat ibadahku yang kadang malas tuk kukerjakan, teringat sholatku yang belum bisa kukerjakan istiqomah di awal waktu, teringat tilawahku yang masih suka ikuti mood, teringat hafalan Qur'an ku yang masih harus kukejar...!
Astaghfirulloh...dosa-dosa seperti berlarian mengejarku...aku membayangkan ketika malaikat maut menjemput dengan sinis!? Teringat ketika tujuh langkah yang menghantar jenazah kita meninggalkan kubur, tiba saatnya soalan-soalan dibentangkan??? Dan, mampukah aku menjawabnya???
Ohh Allaah....tolong akuuuuu.............................mampukah Surah Al Mulk menghalang adzab kuburku nanti, sedang hafalannya saja masih tak sempurna??? :((
Astaghfirulloh....Ampunilah aku, Tuhan....
Ampunilah dosa-dosa kami....
Ampunilah segala kelalaian yang telah kami buat....!
*****
Ampunilah Pak Cik Din, jiran kami, Ya Allah....
Lapangkanlah kubur beliau, jauhkan dari adzab kubur yang menyiksa, aamiin.
Ingin ku kisahkan sedikit tentang beliau (almarhum) yang penyabar. Kami membiasakan memanggilnya Atok, bahasa yang digunakan tuk anak-anak kami. Atok yang peramah (murah senyum), rajin sholat berjamaah di surau, meski kakinya sakit dan jalannya terseok-seok, beliau tetap berusaha tuk sholat berjamaah. Atok Din penyayang anak-anak, setiap usai sholat berjamaah, jika ia melihat anak-anakku di depan halaman, beliau akan tersenyum sambil melambaikan tangannya. Kini, 'suasana' itu tiada lagi....
Tak dapat kulupakan, hari raya kesekian kami di ranah jiran. Dijemput sekeluarga tuk barbeque bersama keluarga besarnya. Dan hari raya ke sekian, ketika kami silaturahim. Beliau berkisah tentang asal usulnya, anak keturunan Bengkulu-Indonesia. Waah, rame sekali obrolan kami saat itu, persamaan asal usul yang membuat perasaan kami bertambah akrab.
Hanya saja, tahun demi tahun. Amanahku bertambah, hingga lahir anak keempat, aku jadi jarang bersilaturahim. MasyaAllah...menyedihkan.....aku melalaikan amanahku sebagai jiran. Padahal aku tau beliau hanya miliki dua orang anak saja, yang masing-masing sudah menikah dan duduk berjauhan : Trengganu & Sepang. Seharusnya aku sempatkan untuk bersilaturahim saat beliau masih hidup. Sungguh sebuah penyesalan.
*****
Petang tadi rasa bahagia itu membuncah. Aku bisa berjumpa kembali dengan Ka Ina, anak pertama Atok Din yang sekarang tinggal di Trengganu. Aku bisa mencium punggung tangan MakCik Fauziah (istri Atok Din) yang juga sudah tua sekali ditambah sudah bertahun-tahun tidak bisa berjalan. Aku berkumpul sebentar bersama keluarga yang sedang berduka tersebut. Aku tenggelam ikut merasakan. Merasa bagaimana jika itu adalah orangtua kandungku.
Kamis pagi 'mendung' menggelayuti tempat tinggal kami. Aku dalam kondisi kurang sehat. Dibalik kesibukan pagi menjemur pakaian, menyelinap dibalik tirai. Aku memperhatikan. Suasana di surau (depan rumah kami) yang begitu ramai. Satu persatu langkah manusia mendatangi disebrang rumah kami. Aku terkejut, dan teringat akan seorang warga emas (lanjut usia) yang sedang menderita buah pinggang beberapa bulan terakhir ini.
Tiba-tiba wajahku mendadak semakin sayu, airmata tertahan, perasaan bermacam-macam. Sedih yang utama. Jantungku berdegup cukup kuat. Ya Allah...jiran kami telah Engkau panggil. Kematian serasa begitu dekat, dekat sekali......
Teringat ibadahku yang kadang malas tuk kukerjakan, teringat sholatku yang belum bisa kukerjakan istiqomah di awal waktu, teringat tilawahku yang masih suka ikuti mood, teringat hafalan Qur'an ku yang masih harus kukejar...!
Astaghfirulloh...dosa-dosa seperti berlarian mengejarku...aku membayangkan ketika malaikat maut menjemput dengan sinis!? Teringat ketika tujuh langkah yang menghantar jenazah kita meninggalkan kubur, tiba saatnya soalan-soalan dibentangkan??? Dan, mampukah aku menjawabnya???
Ohh Allaah....tolong akuuuuu.............................mampukah Surah Al Mulk menghalang adzab kuburku nanti, sedang hafalannya saja masih tak sempurna??? :((
Astaghfirulloh....Ampunilah aku, Tuhan....
Ampunilah dosa-dosa kami....
Ampunilah segala kelalaian yang telah kami buat....!
*****
"Sesiapa yg beriman dengan Allah Taala dan Hari Akhirat,
maka berbuat baiklah kepada jirannya"
Hadith Abi Syuraih, Riwayat Bukhari & Muslim.
Aku semakin menggigil. Kuselesaikan dengan segera menjemur pakaian. Aku ikuti dengan khusyuk 'susasana' pensholatan jenazah didepan rumah kami. Begitu ramainya yang datang berziarah. Ketika ku tanyakan pada Zawjii, shaf sholah jenazah yang dibuat pun cukup banyak, hampir penuhi ruangan surau. Subhanallah.....
Ampunilah Pak Cik Din, jiran kami, Ya Allah....
Lapangkanlah kubur beliau, jauhkan dari adzab kubur yang menyiksa, aamiin.
Ingin ku kisahkan sedikit tentang beliau (almarhum) yang penyabar. Kami membiasakan memanggilnya Atok, bahasa yang digunakan tuk anak-anak kami. Atok yang peramah (murah senyum), rajin sholat berjamaah di surau, meski kakinya sakit dan jalannya terseok-seok, beliau tetap berusaha tuk sholat berjamaah. Atok Din penyayang anak-anak, setiap usai sholat berjamaah, jika ia melihat anak-anakku di depan halaman, beliau akan tersenyum sambil melambaikan tangannya. Kini, 'suasana' itu tiada lagi....
Tak dapat kulupakan, hari raya kesekian kami di ranah jiran. Dijemput sekeluarga tuk barbeque bersama keluarga besarnya. Dan hari raya ke sekian, ketika kami silaturahim. Beliau berkisah tentang asal usulnya, anak keturunan Bengkulu-Indonesia. Waah, rame sekali obrolan kami saat itu, persamaan asal usul yang membuat perasaan kami bertambah akrab.
Hanya saja, tahun demi tahun. Amanahku bertambah, hingga lahir anak keempat, aku jadi jarang bersilaturahim. MasyaAllah...menyedihkan.....aku melalaikan amanahku sebagai jiran. Padahal aku tau beliau hanya miliki dua orang anak saja, yang masing-masing sudah menikah dan duduk berjauhan : Trengganu & Sepang. Seharusnya aku sempatkan untuk bersilaturahim saat beliau masih hidup. Sungguh sebuah penyesalan.
*****
Petang tadi rasa bahagia itu membuncah. Aku bisa berjumpa kembali dengan Ka Ina, anak pertama Atok Din yang sekarang tinggal di Trengganu. Aku bisa mencium punggung tangan MakCik Fauziah (istri Atok Din) yang juga sudah tua sekali ditambah sudah bertahun-tahun tidak bisa berjalan. Aku berkumpul sebentar bersama keluarga yang sedang berduka tersebut. Aku tenggelam ikut merasakan. Merasa bagaimana jika itu adalah orangtua kandungku.
Sungguh, telah Engkau rahasiakan waktu, tempat dan cara kita mati, agar kita selalu siap setiap saat dengan amal-amal soleh.
Sungguh KEMATIAN adalah PEMUTUS SEGALA KENIKMATAN.
Maka,
ingatkanlah kami selalu untuk selalu bersyukur kepadaMu. Ingatkanlah
kami selalu dengan KEMATIAN, dengan hari yang tidak dapat kami
meminta-Mu tuk menundanya.
@Rahmmajanti'81
Semenanjung Malaysia,
ba'da taraweh Ramadhan ke-6
Tuesday, 24 July 2012
Menjadi yang TERBAIK.....
"... وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ"]رواه البخاري ومسلم[
”Dan
barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia
menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Riwayat al-Bukhari no. 5673, 5784 dan 6111 dan Muslim kitab al-Iman bab al-Hats ‘ala Ikraamil Jaar wadh Dhaif no. 182) dan dalam riwayat Imam Muslim:
Suasana menjelang waktu berbuka puasa. Perjumpaan ku dengan makcik, jiran kami.
"Tak payahlah, Ita....Makcik kan masih kerje..."
Ucap makcik.
Aku memaksanya agar ia mau menerima sedikit yang kami beri. Makcik tersebut sudah kuanggap sebagai orangtua kami, yaa...bahkan semua makcik-makcik yang ada di lingkungan kami tinggal adalah orangtua buat kami. Kami adalah keluarga perantau, kami hidup berjauhan dengan kedua orangtua. Kami berharap, dengan menghormati para warga emas (orang-orang yang lanjut usia), maka orangtua kami di tanah air pun akan dihormati dan dimudahkan segala urusannya disana, aamiin.
*****
Sejak perceraiannya kurang lebih 6 tahun yang lalu. Beliau tinggal sendirian. Kadang ada anaknya yang menginap dirumah 'sunyi' nya. Aku jarang sekali berkomunikasi dengan beliau. Wajar saja, karena beliau pun jarang ada di rumahnya. Pergi pagi pulang malam tuk bekerja. Memperhatikan ritme kehidupan beliau aku menjadi empati. Karena ku pun sama seperti beliau, aku adalah seorang istri juga seorang ibu.
"Rumah tangga acik sudah gagal, Ita..."
begitulah penuturannya yang lalu.
Aku jadi menerima ketika beliau akrab memanggil namaku "Ita". Padahal sudah seringkali aku betulkan, bahwa namaku Dini, Ita adalah nama kakak iparku yang dulu pernah juga menjadi jiran beliau. Sudahlah...kini aku pun menikmati panggilan 'khas' tersebut. :)
Ada satu pelajaran hidup yang paling besar dari beliau. Rumah tangga yang harmonis. Pasangan Ideal. Begitulah para jiran dan beberapa orang akak (kenalanku) jika bercerita tentang masa lalu makcik tersebut dengan mantan suaminya. Sungguh menyedihkan, bukan?
Aku tergugu. Setiap kali ada kesempatan untuk berjumpa dengannya, aku lekas ucapkan salam. Menyapa tentang harinya. Menanyakan singkat tentang kabar beliau. Aku tak mempedulikan omongan orang yang agak 'miring' tentang beliau. Bagiku ia adalah orangtua yang harus aku hormati. Layaknya seorang ibu. Aku berharap mampu mengisi ruang yang kosong di hatinya. Meski sekedar ucapan salam, sapa, bakan senyuman sederhana yang kupunya sekalipun...
Terkadang, aku pun menjadi risau. Perjalanan Rumah Tangga, sebegitu beratkah ujiannya? Sedang pasangan yang saling welas asih, bekerjasama, dan terlihat harmonis, akhirnya hancur. Aku semakin merasa, ketergantungan kepada Allah, tempat segala sandaran hati, tempatku berkeluh kesah, tempat meminta kekuatan dari segala terpaan badai jua bencana.....
Yaa, hanya Allah-ku yang mampu menguatkan kakiku tuk terus berpijak. Melangkah hingga waktu yang telah Allah tentukan.
"Laa haula wala quwwata illa billah...."
" وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَارِهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ".
”
Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang hamba
beriman sebelum ia mencintai untuk tetangganya apa-apa yang dicintai
untuk dirinya sendiri." (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu)
Dan orang yang berbuat baik kepada tetangganya, ia adalah sebaik-baik manusia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Bantu kami untuk wujudkan kasih sayang pada beliau ya Allah, bantuk kami tuk menjadi jiran yang terbaik untuk beliau, dan bantu aku tuk melaksanakan amanah-MU : sebagai istri juga ibu yang terbaik pada pandangan-MU. "Sungguh Kasih Sayang-Mu lah yang sangat kami harapkan, Robbiy..."
~Dini Rahmajanti (Dee)~
Semenanjung Malaysia.
Menjelang SAHUR hari ke-5 Ramadhan.
Thursday, 19 July 2012
Melukis Senja Terindah bersama Toh wei Lin...
Perjumpaan selalunya akan berakhir dengan peerpisahan.
Sebuah perjumpaan mungkinkah telah tercatat pada Lauhul Mahfudz-Nya??
Dan, aku ingin mencatat takdir-Nya menjadi yang terindah tuk dikenang,
InsyaAllah...
"Dear, Cikgu...
Maafkan saya yang selalu tak sempat hadiri kelas,
Do'akan saya, ye...
Saya harap sangat dapat belajar bersama cikgu,
Saya sayang cikgu."
Klik.
Ku tutup layar Nokia C2, teringat akan akad yang telah kami buat, aku bersama Toh wei Lin. Kemudian, kembali menuliskan rencana-rencana untuk esok pagi hinggu ahad yang akan datang. Tidak terasa esok sudah kembali menjumpai hari senin, dan aku akan kembali disibukkan dengan rutinitas yang melulu, tak pernah usai, biarlah...yang penting aku sangat menikmatinya.
Alhamdulillah.
*****
Sejak pertama Allah mempertemukan kami ; aku dengan Toh Wei Lin yang kini lebih terasa cantik dengan panggilannya yang baru 'Nur Jannah', aku merasa seperti dihanyutkan kepada aliran air yang sangat deras, bening dan menyegarkan.
"Usia saya sembilan belas tahun, cikgu.."
tuturnya dengan sedikit pelat dengan dialek chinnese nya.
Ya, aku seperti membuka kembali memory hard disk di kepala ku, kembali ke masa-masa belasan tahun, kusebut 'masa kejayaan'!
Jiwa muda, semangat juang, kecintaanku pada Islam, masa-masa muda yang riuh dengan beragam aktivitas keagamaan meski sudah terjun di dunia para medis, kuliah di sebuah polokteknik kesehatan, sempat membuat aku tidak seaktif sahabat-sahabat baikku yang lebih bebas di kampusnya masing-masing.
Sungguh, aku dibuatnya cemburu akan yang namanya sebuah 'kesempatan'.
Seperti saat ini, diantara banyaknya amanah itu, aku ingin tetap miliki 'kesempatan emas'. Kesempatan yang dulu aku begitu inginkan, kembali menjadi muslimah yang lebih sholiha, muslimah yang berani miliki cita-cita yang tinggi : Mengejar Syurga!
KUNTUM KHOIRU UMMATUN UKHRIJAT LINNAS
Sebaik-baik umat yang dilahirkan berguna (faedah) bagi umat manusia,
aamiin.
*****
"Maafkan Jannah, cikgu ku...
Esok pagi baru dapat hadir,
Rehat dengan baik, cikgu ku..."
Klik.
Kututup kembali layar Nokia C2 ku, mengenang wajah sholiha adik ku yang baru Allah tititpkan, kan kami lalui hari-hari penuh perjuangan mulai esok pagi, sekali lagi, aku harus sangat bersyukur. Keindahan dan nikmatnya dilahirkan di dalam keluarga muslim yang tiada bebanan apapun, dibandingkan Nur Jannah yang telah sangat BERANI, membeli AKIDAH yg SYAMIL ini diatas puing-puing kesedihan yg sedikit terlihat pada pancaran wajahnya yg muda.
Ahh, Tuhan...aku tidaklah setegar dirinya, kesenangan hidup yang kurasa cukup mewah, ia berani tinggalkan, demi agama ini, demi jalan yang Engkau ridhoi...
*****
Terkenang kembali kata-katanya yang diiringi senyuman,
menjelang kepergianku ke tanah air, bulan lepas.
"Tenang saja, cikgu...
JAIS (Jabatan Agama Islam Selangor) telah banyak
membantu keperluan hidup saya, tempat tinggal dan ilmu-ilmu agama yang saya perlukan
telah tersedia, jangan risau cikgu ku..."
Kini, aku mulai memahami 'langkah kecil' ku menuju...
Aku ingin menjadi seperti tetes embun yang menyejukkan, Robbiy...
Aku masih ingin bersama mereka, hingga 'waktu' yang Kau janjikan,
Bersama Toh Wei Lin, gadis muallaf sejak lulus dari tingkatan 5 (setara kelas 2 SMU), miliki kecenderungan pada dienul Islam, ia banyak belajar dan mengamati pakcik nya yang lebih dahulu berIslam, hingga January 2012...Syahadat itu ia lafadzkan. Toh Wei Lin yang kini akrab dipanggil dengan nama barunya Nur Jannah adalah sosok muslimah 'pemberani' bagiku,..betapa keagungan itu milik orang-orang yang telah Engkau beri Hidayah, Allah...
"Perkayakan ku lagi dengan Ilmu-Mu,
Perkuat azzam ku lagi, ilahi...
Kuatkan Iman ku ditengah 'badai' dunia penuh fitnah,
Dan, Istiqomahkanlah aku bersama orang-orang yang lebih dulu Istiqomah di Jalan-MU"'
aamiin, aamiin, aamiin...
Bersama, kami melukis senja terindah di kehidupan ini, Bismillah...
*Sebuah Catatan Kecil, hadiah dari sebuah Kehidupan.
Teruntuk Toh Wei Lin, adikku Nur Jannah...
~Dini Rahmajanti (Dee), Semenanjung Malaysia
Juni2012
"Dear, Cikgu...
Maafkan saya yang selalu tak sempat hadiri kelas,
Do'akan saya, ye...
Saya harap sangat dapat belajar bersama cikgu,
Saya sayang cikgu."
Klik.
Ku tutup layar Nokia C2, teringat akan akad yang telah kami buat, aku bersama Toh wei Lin. Kemudian, kembali menuliskan rencana-rencana untuk esok pagi hinggu ahad yang akan datang. Tidak terasa esok sudah kembali menjumpai hari senin, dan aku akan kembali disibukkan dengan rutinitas yang melulu, tak pernah usai, biarlah...yang penting aku sangat menikmatinya.
Alhamdulillah.
*****
Sejak pertama Allah mempertemukan kami ; aku dengan Toh Wei Lin yang kini lebih terasa cantik dengan panggilannya yang baru 'Nur Jannah', aku merasa seperti dihanyutkan kepada aliran air yang sangat deras, bening dan menyegarkan.
"Usia saya sembilan belas tahun, cikgu.."
tuturnya dengan sedikit pelat dengan dialek chinnese nya.
Ya, aku seperti membuka kembali memory hard disk di kepala ku, kembali ke masa-masa belasan tahun, kusebut 'masa kejayaan'!
Jiwa muda, semangat juang, kecintaanku pada Islam, masa-masa muda yang riuh dengan beragam aktivitas keagamaan meski sudah terjun di dunia para medis, kuliah di sebuah polokteknik kesehatan, sempat membuat aku tidak seaktif sahabat-sahabat baikku yang lebih bebas di kampusnya masing-masing.
Sungguh, aku dibuatnya cemburu akan yang namanya sebuah 'kesempatan'.
Seperti saat ini, diantara banyaknya amanah itu, aku ingin tetap miliki 'kesempatan emas'. Kesempatan yang dulu aku begitu inginkan, kembali menjadi muslimah yang lebih sholiha, muslimah yang berani miliki cita-cita yang tinggi : Mengejar Syurga!
KUNTUM KHOIRU UMMATUN UKHRIJAT LINNAS
Sebaik-baik umat yang dilahirkan berguna (faedah) bagi umat manusia,
aamiin.
*****
"Maafkan Jannah, cikgu ku...
Esok pagi baru dapat hadir,
Rehat dengan baik, cikgu ku..."
Klik.
Kututup kembali layar Nokia C2 ku, mengenang wajah sholiha adik ku yang baru Allah tititpkan, kan kami lalui hari-hari penuh perjuangan mulai esok pagi, sekali lagi, aku harus sangat bersyukur. Keindahan dan nikmatnya dilahirkan di dalam keluarga muslim yang tiada bebanan apapun, dibandingkan Nur Jannah yang telah sangat BERANI, membeli AKIDAH yg SYAMIL ini diatas puing-puing kesedihan yg sedikit terlihat pada pancaran wajahnya yg muda.
Ahh, Tuhan...aku tidaklah setegar dirinya, kesenangan hidup yang kurasa cukup mewah, ia berani tinggalkan, demi agama ini, demi jalan yang Engkau ridhoi...
*****
Terkenang kembali kata-katanya yang diiringi senyuman,
menjelang kepergianku ke tanah air, bulan lepas.
"Tenang saja, cikgu...
JAIS (Jabatan Agama Islam Selangor) telah banyak
membantu keperluan hidup saya, tempat tinggal dan ilmu-ilmu agama yang saya perlukan
telah tersedia, jangan risau cikgu ku..."
Kini, aku mulai memahami 'langkah kecil' ku menuju...
Aku ingin menjadi seperti tetes embun yang menyejukkan, Robbiy...
Aku masih ingin bersama mereka, hingga 'waktu' yang Kau janjikan,
Bersama Toh Wei Lin, gadis muallaf sejak lulus dari tingkatan 5 (setara kelas 2 SMU), miliki kecenderungan pada dienul Islam, ia banyak belajar dan mengamati pakcik nya yang lebih dahulu berIslam, hingga January 2012...Syahadat itu ia lafadzkan. Toh Wei Lin yang kini akrab dipanggil dengan nama barunya Nur Jannah adalah sosok muslimah 'pemberani' bagiku,..betapa keagungan itu milik orang-orang yang telah Engkau beri Hidayah, Allah...
"Perkayakan ku lagi dengan Ilmu-Mu,
Perkuat azzam ku lagi, ilahi...
Kuatkan Iman ku ditengah 'badai' dunia penuh fitnah,
Dan, Istiqomahkanlah aku bersama orang-orang yang lebih dulu Istiqomah di Jalan-MU"'
aamiin, aamiin, aamiin...
Bersama, kami melukis senja terindah di kehidupan ini, Bismillah...
*Sebuah Catatan Kecil, hadiah dari sebuah Kehidupan.
Teruntuk Toh Wei Lin, adikku Nur Jannah...
~Dini Rahmajanti (Dee), Semenanjung Malaysia
Juni2012
Subscribe to:
Posts (Atom)